Tidur malam yang terganggu sering menyebabkan lelah dan kesal. Penelitian menemukan bahwa orang yang terus-terusan susah tidur memiliki kemungkinan enam kali lebih besar terserang diabetes dan penyakit jantung. Penelitian baru ini menjelaskan bahwa gejala diabetes muncul setelah tiga hari mengalami gangguan tidur.
Temuan baru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Genetics ini membantu menjelaskan penelitian sebelumnya, mengapa pekerja shift malam rentan mengidap diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Dengan melibatkan hampir 20.000 orang, para peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki satu dari empat varian gen tertentu enam kali lebih tinggi risikonya terserang diabetes. Peserta penelitian yang tidurnya terganggu berulang kali selama tiga hari akan mengembangkan gejala-gejala diabetes.
Menurut para peneliti, protein rusak yang dikenal sebagai MT2 dapat mengganggu jam biologis atau ritme sirkadian dan pelepasan hormon insulin. Gangguan ini memicu gangguan dalam pengaturan gula darah dan menyebabkan diabetes tipe 2.
"Pengaturan gula darah adalah salah satu dari banyak proses yang diatur oleh jam biologis tubuh. Penelitian ini menambahkan pemahaman kami tentang bagaimana gen yang berperan penting dalam pengaturan jam biologis dapat mempengaruhi risiko diabetes. Kami menemukan varian yang sangat langka dari gen MT2 memiliki efek jauh lebih besar daripada varian lain yang lebih umum," kata Profesor Philippe Froguel, dari Imperial College London seperti dilansir DailyMail, Selasa (31/1/2012).
Pada tahun 2008, sebuah penelitian genetik yang dipimpin oleh tim yang sama menemukan bahwa orang-orang yang memiliki variasi umum dalam gen MT2 memiliki risiko terserang diabetes tipe 2 sedikit lebih tinggi.
Pelepasan insulin yang bertugas mengatur kadar gula darah diketahui diatur oleh melatonin. Sedangkan siklus tidur-bangun tubuh dikendalikan oleh melatonin yang memiliki efek berupa rasa kantuk dan menurunkan suhu tubuh.
"Penelitian genetik seperti ini berguna karena dapat membantu kita memahami bagaimana genetik seseorang dapat mempengaruhi resiko diabetes tipe 2. Risiko ini tidak dikendalikan oleh satu gen tunggal. Dan kita sudah tahu bahwa perubahan genetik lainnya serta faktor gaya hidup dapat mempengaruhi kemungkinan mengembangkan kondisi yang kompleks," kata Dr Iain Frame, direktur penelitian di Diabetes UK.
Para peneliti semakin yakin bahwa makan makanan yang seimbang serta diperkaya buah dan sayuran akan menjaga berat badan tetap sehat. Selain itu, menjadi lebih aktif secara fisik juga dapat membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2 serta membantu pasien diabetes mengelola penyakitnya dengan lebih efektif serta menurunkan kemungkinan terjadinya komplikasi yang lebih serius.